--> Skip to main content

LAGI Dokter Pejuang Covid di Makassar Sulawesi Selatan Meninggal Dunia

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Dunia kedokteran kembali berduka. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kembali kehilangan dokter terbaiknya. Dr dr Adnan Ibrahim, SpPD, berpulang kerahmatullah pada Jumat, 14 Agustus 2020. Almarhum meninggal dalam usia 47 tahun di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar.

Beragam ucapan dari teman kerja dan teman sejawat sesama dokter bukan hanya dari makassar bahkan dari seluruh Indonesia. Mengungkapkan rasa kehilangan sosok dokter yang terkenal sangat baik hati ini. Selamat jalan dokterku, sahabat, teman, dan atasan kami.  Semoga engkau diampuni segala dosa dan di tempatkan di tempat yang terpuji di sisi Allah SWT. 
Cerita cerita dari teman sejawat yang menggambarkan sosok dr Adnan Ibrahim, mulai dari selama perawatan isolasi,  dan semasa masih menjadi mahasiswa. 

Aku bersaksi engkau orang baik, bahkan teramat baik...

Dua bulan yang lalu saat kita masih berdiskusi tentang covid dgn segala bahayanya, engkau banyak memberi pencerahan buat kami. 

Aku bersaksi ya Allah Rabbul alamiiin Adnan hambaMu adalah orang yang shalih.

***
Bulan Maret... saat awal pandemi mulai ribut di indonesia, aku sempat kirim wa gambar  "masker bedah biasa yg dihecter plastik atasnya" buat  kupakai sekedar ala-kadar utk melindungi saat kerja.
Langsung engkau japri aku saat itu minta alamat rumahku...
Sambil berkata
"Ade, ini aku mau kirim masker N95 2 bh buat dipakai disana ya?".

Dan tiba- tiba... berita datang menyentakan diriku.
Kamu yg berjuang di episentrum pandemi terkena covid19.
Sungguh syok aku mendengarnya.

Dan Aku diperjalankan untuk mengikuti kisahmu secara online. 
Dan kisah ttg kebaikan-kebaikanmu, seperti sejak dulu, selalu saja tetap mengalir.
***
Hari kedua engkau menjalani perawatan di ruang IC-Covid, dipasanglah masker yg menutup wajah yang terhubung mesin ventilator non-invasive. Terasa berat sudah nafasmu, tak leluasa juga utk berbicara. Tapi di saat begitu, engkau masih menyempatkanmengirim isyarat untuk istri tercinta didepanmu. Di tautkan ujung telunjuk kanan kiri serta jempol tangan kanan kirimu, sebuah pertanda simbolik yang bermakna : I love You : (My beloved Wife).
***

Hari ke delapan, engkau masuk ICU. Masih terjaga baik kesadaranmu saat itu. Dengan nafas yang makin terasa berat, masih sempat engkau melihat pasien yang tergeletak tak berdaya disampingmu dengan pandangan penuh sayang dan rasa empati.  Dari balik masker snorkle engkau bisikkan ke telinga istri, “Mi, tolong belikan pakaian pasien disebelah saya, kasihan kainnya sering tersingkap”. 😭😭😭
***

Hari ke Sembilan. 
Mesin ventilator yang  non-invasive sudah tak mampu lagi mengkompensasi kebutuhan nafasmu yang semakin tambah memberat. Team dokter ICU memutuskan mengintubasi.
Engkau meminta waktu sejenak, untuk sholat subuh diatas ranjang dua rakaat sebelum tindakan besar ini diberikan padamu. Sholat yang senantiasa berpuluh tahun engkau jalani sebagai wujud kesetiaanmu sebagai seorang hamba pada khaliqNya, terasa sangat intimasi suasananya di pagi itu.
😭😭😭

Bismillahi tawakkaltu 'alalllAllahi… kupasrahkan hidup ini padaMu Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim… 
***
Allah sayang padamu Sahabat... bahkan sangat menyayangimu...
Teman2 seangkatanmu mengiringi kepergianmu dengan lafazh talqin bersama-sama secara online.
Kita semua menjadi saksi kebaikanmu.

Kalau engkau pernah bilang di wag, tolong cari saya di akhirat nanti bila nasib saya "tdk beruntung..." tapi... sekarang akulah yang semakin yakin sepenuhnya bahwa kami teman-temanmu, yang malah berharap engkau menemukan kami nanti dikehidupan akhirat nanti.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar