Kisah dibalik Pembangunan Gereja Katedral Makassar, Gereja Tertua di Sulawesi Selatan
Kisah dibalik pembangunan gereja tertua di Sulsel, Gereja Katedral Makassar. Sama-sama kita ketahui bersama bahwa Gereja Katedral ini menjadi sasaran pelaku bom bunuh diri usai melakukakn perayaan ibadah Minggu Palma, Minggu (28/3/2021).
Hingga hari ini masih ada belasan petugas yang melakukan penjagaan sambil memeriksa sisa-sisa aksi yang menyebabkan orang terluka termasuk dua orang yang diduga sebagai pelaku aksi bom bunuh diri.
Keluar dari pembahasan seputar tragedi yang menimpa warga Makassar khsusnya jemaah Gereja Katedral, mari kita lihat kembali sejarah sejarah bagaimana Gereja Katedral Makassar ini bisa menjadi sampai sekarang?
Foto Gereja Katedral Makassar yang diambil tahun 1900 - 1919(COLLECTIE TROPENMUSEUM) |
Gereja Katedral Makassar yang bernama Gereja Hati Yesus yang Maha Kudus berada di jantung Kota Makassar. Gereja tersebut berada di dekat Kantor Balaikota Makassar dan tak jauh dari Markas Polrestabes Makassar.
Gereja Katedral ini dibangun pada tahun 1898 dan menjadi gereja tertua di Makassar. Usia gereja ini telah mencapai 123 tahun. Dilansir dari laman Katedral Makassar, disebutkan jika arsitek asal benua Eropa dan seorang perwira zeni yang bernama Swartbol.
Setelah menyelesaikan fondasi, Swartbol kembali ke Eropa. kemudian dilanjutkan oleh S Fischer seorang ahli pengairan. Ia beberapa kali merombak desain karena ia tak tahu banyak tentang arsitektur gotik yang dimabra oleh Swartbol.
Sumber gambar Pinterest |
Cerita dibalik Proses pembangunan Gereja Katedral di Makassar
Kala itu pemborong dan pelaksana pembangunan gereja adalah seorang China yang bernama Thio A Tek. Karena rangka jendela dan besi tak kunjung tiba dari Nederland, pembangunan gereja tertunda selama beberapa bulan. Setelah tiba, rangka langsung dipasang di lubang jendela yang sudah dipersiapkan lebih dulu. Satu bulan berjalan, pembangunan gereja selesai.
Gereja tersebut dilengkapi dengan menara kecil dari besi dan 10 menara mini yang menghiasi pinggir atap. Baca juga: Kunjungi Korban Bom Gereja Katedral Makassar, Wali Kota: Kami Akan Berikan Pelayanan Medis Terbaik Pada tahun 1923, dermawan yang bernama Mr Scharpff memberikan hadiah tiga buah lonceng yang kemudian dipasang di menara besi yang besar, di sebelah selatan gereja. Saat itu gereja hanya berkapasitas 200 tempat duduk.
Pada tahun 1939, Gereja Katedral Makassar dipugar, Menara besi dibongkar dan diganti dengan menara baru yang terhubung dengan pintu masuk. Sementara di ruang sakristi, ditambah dua kursi pengakuan di bagian belakang serta dua altar samping di bagian depan Pada tahun 1940, peringatan paskah sudah dirayakan dalam gedung yang telah dipugar.
Terkena bom tentara sekutu Pada 9 Oktober 1943, Kota Makassar yang saat itu brenama Ujung Pandang dibom oleh tentara Sekutu. Dan satu bom yang cukup kuat, jatuh kira-kira 10 meter melewati gedung Katedral ini dan jatuh di sebelah barat yang saat ini menjadi gedung kantor baru Keuskupan.
Saat itu, jendela warna di belakang altar rusak berat dan atap bocor. Lalu lubang jendela di belakang altar ditutup dengan tiga batu yang menyatu dengan tembok.
Perbaikan kerusakan itu berlangsung agak lambat. Lalu ada seorang dermawan yang menghadiahkan kaca warna yang bagus untuk jendela di samping kiri dan kanan. Kaca warna jendela itu memberi suasana khas kepada Katedral.
Pada tahun 1978, plafon seng geraja diganti dengan plafon dari teak-wood. Lalu pada tahun 1984 balkon dipugar hingga muat 120 orang.
Alasan Kenapa Gereja Katedral menjadi Simbol toleransi di Kerajaan Gowa
Semua proses pembangunan Gereja Katedram ini tak lepas dari peran Raja Gowa Sultan Alauddin yang mememluk agama Islam. Pada tahun 1633, Raja Gowa memberi kebebasan pada sejumlah misionaris Katolik dari Portugal untuk beribadah. Termasuk mendirikan gereja.
Sampai suatu saat terjadi gejolak antara VOC dan orang-orang Portugis. Hubungan mereka semakin memanas sehingga para rohaniawan angkat kaki dari Makassar. Sampai pada tahun 19 Agustus 1660, ada penandatangan perjanjian Batavia dan saat itu seluruh warga Portugis harus keluar dari Makassar.
Semenjak itu dan bertahan selama 225 tahun tak ada pastor yang menetap di Makassar untuk melayani umat beribadah. Sampai pada tahun 1892, 1892, Pastor Aselbergs SJ dari Larantuka, NTT, ditugaskan menjadi Pastor Stasi Makassar pada 7 September 1892. Saat itu Pastor Aselbergs tinggal di sebuah rumah di Heerenweg (kini Jalan Hasanuddin).
Sumber gambar assets.change.org |
Pada 1895, ia membeli sebidang tanah dan rumah di Komedistraat (kini Jl. Kajaolalido). Mulailah dibangun Gereja Katedral di Makassar.
Gereja tersebut sempat direnovasi dan diperluas pada tahun 1939, selesai pada 1941 dengan bentuk seperti saat ini. Pada 13 April 1937 wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara dijadikan Prefektur Apostolik Makassar oleh Sri Paus di Roma.
Sebagai penanggung jawab, Sri Paus di Vatikan Roma, menunjuk para misionaris CICM, dengan Mgr. Martens sebagai prefek. Lalu, pada tanggal 13 Mei 1948 status wilayah menjadi Vikariat Apostolik Makassar, dan tanggal 3 Januari 1961 menjadi Keuskupan Agung Makassar.
Foto Gereja Katedral Makassar Pasca Tragedi Minggu
Sumber gambar pict-b.sindonews.ne |
Sumber gambar images.bisnis-cdn.com |