Obat Herbal Anticovid Produksi Anak Negeri dari UNHAS
"Tingkatkan kekebalan tubuh dengan ramuan alami, Anticovid"
Dunia kedatangan tamu kecil dan mematikan. Dia bernama Corona. Kehadirannya di Indonesia, diketahui pada 2 Maret 2020 dan ditetapkan sebagai kasus pertama. Virus ini ditularkan dengan sangat cepat, dari satu orang ke orang lain. Dengan ganas, ia menyerang kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan kematian.
Namun, kita dapat mengalahkan SARS-CoV-2 dengan mempertahankan dan meningkatkan kekebalan tubuh. Salah satunya dengan mengonsumsi suplemen herbal alami bernama Anticovid.
Kreasi Anticovid bermula dari keprihatinan dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unhas, Dr. Sulfahri, tentang virus Corona yang belum ditemukan oleh agen terapeutik tertentu.
"Saya khawatir tentang keberadaan virus korona ini karena belum ada obatnya, meskipun Indonesia adalah surga herbal anti-herbal," katanya.
Dalam penelitiannya, Sulfahri dibantu oleh asistennya dari Biologi Unhas dan bekerja dengan pendiri Inovasi Hijau Indonesia (Indonegeri), Siti Mushlihah, serta beberapa peneliti di Australia.
Penelitian awal dimulai sejak Covid-19 menginfeksi Wuhan, Cina. Sebelumnya, Anticovid tidak dalam bentuk kapsul. Karena mereka membuatnya hanya untuk konsumsi pribadi dan belum menemukan jurnal ilmiah terkemuka yang menjelaskan karakteristik SARS-CoV-2.
Seiring dengan penyebaran, beberapa peneliti dunia telah menerbitkan berbagai judul terkait dengan SARS COV-2 dan virus ini telah masuk dalam daftar bank data protein sehingga kita dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut.
"Saya hanya mempublikasikan kandidat senyawa yang bisa digunakan sebagai obat korona," katanya.
Dia menyebutkan bahwa konten Anticovid terdiri dari tujuh herbal terbaik untuk melawan virus Corona. Senyawa aktif yang terkandung di dalamnya adalah Kaempferol, Quercetin, Digalactosyl diglyceride, Purpurin 18 Methyl Ester, dan Trigalactosyl diglyceride. Menurut penelitian, Anticovid memiliki kandungan Purpurin yang efektif hingga dua kali lebih kuat daripada Chloroquine.
"Senyawa ini mampu mencegah replikasi dan proliferasi virus sehingga dapat mencegah perkembangan virus SARS-CoV-2," jelasnya.
Tidak hanya sebagai antivirus Covid-19, konten Anticovid kaya akan antioksidan dan nutrisi, seperti vitamin dan mineral sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh dan suplemen harian untuk memenuhi nutrisi harian.
"Ini (Anticovid) juga berfungsi sebagai antivirus lain, misalnya virus Flu dan Herpes. Dan sebagai antikanker, antidiabetik, dan agen antikolesterol," jelasnya.
Mengenai peredarannya, ia menekankan untuk tidak memasarkan produknya. Alasannya adalah bahwa beberapa kalangan menyesal bahwa harus ada produk yang tidak boleh dirilis karena mereka belum melalui fase uji coba yang sangat panjang dan memiliki berbagai izin. Suplemen hanya untuk konsumsi pribadi.
"Kami tidak mengambil keuntungan. Konsumen hanya mengganti biaya produksi. Terkadang kami juga memberikannya gratis karena tujuannya bukan untuk komersialisasi, tetapi untuk kemanusiaan," katanya.
Dalam membuat inovasi ini, ia percaya bahwa Anticovid dapat memberi manfaat bagi mereka yang membutuhkannya terlepas dari ras, kelas, atau tingkat sosial. jadi harus ada jaminan bahwa obat ini bisa dijangkau oleh semua lapisan. Dia tidak mau jika ada kelangkaan bahan baku, hanya orang berstatus tinggi yang bisa mendapatkan obat ini.
"Sudah saatnya hasil penelitian tidak hanya berakhir di laporan dalam jurnal ilmiah, hasil penelitian harus dapat digunakan untuk kebaikan bersama tanpa prosedur yang panjang, rumit dan mahal," katanya.
Menutup wawancara Sulfahri berharap, "Semoga pihak yang lebih kompeten dapat mengembangkan hasil penelitian ini lebih lanjut," katanya.