Apa Penyebab Bullying itu
Penyebab Bullying
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa anak yang memiliki salah satu kriteria yang dapat memicu bully tidak selalu menjadi korban. Hal ini disebabkan juga karena terdapat faktor penyebab juga dapat berasal dari sisi pelaku.
Berikut adalah beberapa penyebab bully dari sisi pelaku:
1. Memiliki masalah pribadi
Salah satu pemicu seseorang menjadi bully adalah karena memiliki masalah pribadi yang membuatnya tidak berdaya di hidupnya sendiri.Pada anak-anak, penyebab seperti perkelahian berlebihan di rumah, perceraian orang tua, atau adanya anggota keluarga yang menjadi pecandu narkoba dan alkohol dapat memicu hal ini. Sedangkan pada orang dewasa, masalah dengan pasangan juga bisa menjadi salah satu pemicu munculnya perasaan tidak berdaya.
Bullying baik verbal ataupun fisik yang dilakukan bertujuan untuk menunjukkan individu tersebut memiliki kekuatan. Sehingga rasa tidak berdaya tersebut dapat ditutupi.
2. Pernah menjadi korban bullying
Beberapa kasus menunjukkan bahwa pelaku sebenarnya juga merupakan korban.Contohnya seperti anak yang merasa di-bully oleh saudaranya di rumah, kemudian anak tersebut membalas dengan cara mem-bully temannya di sekolah yang ia anggap lebih lemah dari dirinya.
Contoh lainnya adalah orang yang tertekan akibat bullying di kehidupan nyata dan menggunakan internet serta dunia maya untuk menunjukkan bahwa dirinya juga memiliki kekuatan dengan cara menyerang orang lain.
3. Rasa iri pada korban
Penyebab bullying selanjutnya adalah karena rasa iri pelaku pada korban.Rasa iri ini bisa muncul akibat korban memiliki hal yang sebenarnya sama istimewanya dengan sang pelaku. Pelaku mengintimidasi korban agar korban tidak akan lebih menonjol dari dirinya sendiri.
Selain tidak ingin orang lain menonjol, seseorang juga mungkin melakukan bully untuk menutupi jati dirinya sendiri. Contohnya seperti anak pintar yang tidak ingin disebut ‘kutu buku’, sehingga ia lebih dulu menyebut temannya yang pintar sebagai kutu buku.
4. Kurangnya pemahaman
Kurangnya pemahaman dan empati juga dapat menimbulkan perilaku bullying.Ketika seorang anak melihat anak lain berbeda dalam hal seperti ras, agama, dan orientasi seksual, karena kurangnya pemahaman, maka mereka beranggapan bahwa perbedaan tersebut adalah hal yang salah.
Mereka juga beranggapan bahwa menjadikan anak yang berbeda tersebut sebagai sasaran adalah hal yang benar.
5. Mencari perhatian
Terkadang pelaku tidak menyadari bahwa yang dilakukannya termasuk ke dalam penindasan, karena sebenarnya apa yang dilakukannya adalah mencari perhatian.Jenis yang satu ini paling mudah untuk diatasi. Caranya adalah dengan memberikannya perhatian yang positif sebelum pelaku mencari perhatian dalam dengan cara yang negatif.
6. Kesulitan mengendalikan emosi
Anak yang kesulitan untuk mengatur emosi dapat berpotensi menjadi pelaku.Ketika seseorang merasa marah dan frustasi, perbuatan menyakiti dan mengintimidasi orang lain bisa saja dilakukan. Jika sulit untuk mengendalikan emosi, maka masalah kecil saja dapat membuat seseorang terprovokasi dan meluapkan emosinya secara berlebihan.
7. Berasal dari keluarga yang disfungsional
Tidak semua anak dari keluarga disfungsional akan menjadi pelaku bullying, namun hal ini kerap terjadi.Sebagian besar pelaku adalah anak yang merasa kurang kasih sayang dan keterbukaan dalam keluarganya. Mereka kemungkinan juga sering melihat orang tuanya bersikap agresif terhadap orang-orang di sekitarnya.
8. Merasa bahwa bullying menguntungkan
Pelaku bully akan tanpa sengaja bisa terus melanjutkan aksinya karena merasa perbuatannya menguntungkan.Hal ini bisa terjadi pada anak yang mendapatkan uang atau makanan dengan cara meminta secara paksa pada temannya. Contoh lain adalah ketika pelaku merasa popularitas dan perhatian dari setiap orang padanya naik berkat tindakannya tersebut.
9. Kurangnya empati
Penyebab selanjutnya adalah karena kurangnya rasa empati.Ketika melihat korban, pelakunya tidak merasa empati pada apa yang dirasakan korban, sebagian mungkin justru merasa senang ketika melihat orang lain rasa kesakitan. Semakin mendapatkan reaksi yang diinginkan, semakin pelaku bully senang melakukan aksinya.